JAKARTADIPLOMATS.com - Gerakan Sahrawi untuk Perdamaian
(MSP), sebagai kekuatan politik baru yang mewakili Sahrawi yang tidak
mengidentifikasi diri dengan proyek politik polisario, yang diketuai oleh Lhaj
Ahmed Barikalla dibuka, Jumat ( 27 Oktober 2023). Konferensi Internasional
kedua ini untuk Dialog dan Perdamaian di
ruang 4 April di Pusat Perdagangan Luar Negeri Internasional Senegal (CICES) di
Dakar.
Tokoh-tokoh terkemuka dari Eropa, Afrika dan Amerika
Latin, yang mengambil bagian dalam konklaf ini dengan hangat mengucapkan
selamat dan memuji keberanian MSP yang tak tergoyahkan dalam mencari solusi
damai terhadap konflik Sahrawi, sehingga mengakui pentingnya mengakhiri
penderitaan yang dialami oleh negara-negara Arab. penduduk Sahrawi.
Dalam hal ini Mantan Presiden Kongres dan mantan
Menteri Pertahanan Spanyol, José Bono mengucapkan selamat kepada Mouvement des
Sahraouis pour la Paix (MSP) karena telah memilih Senegal sebagai tempat
konferensi. Ia menekankan pentingnya menyelesaikan konflik Sahara dengan tetap
menghormati hak asasi manusia dan prinsip-prinsip hukum internasional.
Ia juga mencatat bahwa Sahara bukanlah wilayah
pendudukan, menurut pengamatannya saat berkunjung ke provinsi selatan. Bono
merujuk pada rencana otonomi yang diusulkan oleh Maroko pada tahun 2007, yang
digambarkan sebagai sesuatu yang serius dan realistis oleh Dewan Keamanan PBB.
Dia menyerukan dialog antara Maroko, Polisario, MSP dan Aljazair untuk
menemukan solusi terhadap pertanyaan Sahara, dengan menyatakan bahwa
pembentukan negara di Sahara merupakan ancaman terhadap perdamaian dan keamanan
regional.
Selain itu, dalam intervensinya, pidato mantan Presiden
Pemerintah Spanyol RodrÃguez Zapatero (melalui konferensi video) menyatakan
dukungannya kepada MSP dan proyeknya untuk menemukan solusi damai terhadap
konflik Sahara.
Beberapa media mengungkapkan, Ia menekankan pentingnya
rekonsiliasi dan dialog dalam menyelesaikan masalah Saharawi, dan mendorong
penghormatan terhadap hak-hak masyarakat Saharawi, termasuk hak mereka untuk
memiliki pemerintahan sendiri.
Dia juga memuji peran Haj Ahmed dan menyatakan
keyakinannya bahwa ide-ide MSP pada akhirnya akan diakui oleh badan-badan resmi
dan negara-negara yang terlibat dalam permasalahan Saharawi.
Lebih lanjut, Mantan Presiden Burundi Domitien
Ndayizeye mengucapkan terima kasih kepada MSP atas undangan konferensi
tersebut.
Ia mencatat sejarah panjang permasalahan Sahrawi di
Afrika dan menekankan perlunya negosiasi dan konsultasi langsung antara
pihak-pihak yang terlibat untuk menyelesaikan konflik tersebut. Dia juga
menyebutkan ada pihak ketiga yang diuntungkan dari konflik tersebut, dengan
mengorbankan masyarakat Saharawi.
Mantan Menteri Kehakiman Spanyol dan Anggota Parlemen
Eropa (MEP) PSOE saat ini, Juan Fernando Aguilar memuji MSP dan Pusat Intelijen
Strategis Afrika untuk Perdamaian atas pekerjaan mereka. Dia menyatakan
dukungannya terhadap pencarian solusi damai terhadap konflik Sahrawi dan
menekankan pentingnya rencana otonomi yang diusulkan Maroko.
Dia mendesak warga Saharawi di provinsi selatan dan
kamp Tindouf untuk bekerja sama mencapai perdamaian, dan menekankan peran
penting perempuan dalam masyarakat Saharawi.
Ilmuwan politik Argentina Adalberto Carlos Agozino
menyoroti kemunculan MSP sebagai oposisi terhadap Polisario dan memuji
komitmennya terhadap perdamaian dan negosiasi.
Ia mengkritik sikap keras kepala Polisario dan
menyerukan dukungan komunitas internasional untuk mencari solusi kompromi
terhadap konflik tersebut. Dia menekankan pentingnya menghormati kepentingan
dan kebutuhan seluruh warga Saharawi untuk mencapai perdamaian abadi.
Mantan Menteri Luar Negeri Peru, Miguel Angel Rodriguez
Mackay, pada bagiannya, mengungkapkan kekagumannya yang mendalam terhadap tokoh-tokoh
Syioukh dan Sahrawi atas keterbukaan pikiran mereka terhadap visi MSP dan
rancangan resolusi konflik di Sahara, sementara menekankan pentingnya persatuan
dan kerja sama dalam upaya mencari keadilan bagi kaum Sahrawi.
Bapak Rodriguez Mackay, upaya mencapai perdamaian di
kawasan memerlukan kerja sama yang berkelanjutan dan saling pengertian antara
semua pihak terkait. Beliau menekankan bahwa perdamaian hanya dapat dicapai
dengan kerja sama, menghormati hak-hak semua individu dan mengakui nilai-nilai
penting setiap anggota masyarakat Sahrawi, baik laki-laki maupun perempuan.
“Visi MSP untuk solusi damai konflik Sahara tampaknya
merupakan harapan yang realistis, asalkan semua pihak terkait berkomitmen penuh
terhadap visi mulia tersebut,” ujarnya.
0 Komentar