JAKARTADIPLOMATS.COM - Sukabumi, 7 Oktober 2024 –
SCG, pemimpin bisnis regional melalui anak perusahaannya di Indonesia,
PT Semen Jawa dan PT Tambang Semen Sukabumi, melanjutkan rangkaian program
SCG ASIK (Aku Suka Ikan) sebagai
bagian dari Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) perusahaan di bawah
pilar Kesehatan. Program SCG ASIK pertama kali diperkenalkan pada 2023
sebagai dukungan terhadap upaya strategis Pemerintah
Indonesia dalam mencapai target prevalensi stunting Indonesia
melalui pengenalan khasiat daging ikan sebagai menu sehari-hari yang
mudah diolah dan terjangkau. Tahun ini, program ini menyasar ibu hamil
KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anak atau balita
dengan status gizi kurang. Bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, Dinas
Perikanan, Pemerintah Desa, puskesmas, dan kader posyandu, pembukaan
rangkaian kegiatan SCG ASIK telah dilaksanakan pada 17-24 September di
lima desa di sekitar area operasi SCG di Sukabumi,
yakni Desa Kebonmanggu, Sirnaresmi, Tanjungsari, Wangunreja, dan
Sukamaju, melibatkan sebanyak 61 masyarakat sasaran.
Peramas Wajananawat, Presiden Direktur PT Semen Jawa & PT Tambang Semen Sukabumi,
menjelaskan, “SCG ASIK merupakan program lanjutan dari PMT (Program
Makanan Tambahan) yang sudah dilaksanakan PT Semen Jawa sejak tahun
2019 bersama puskesmas di lima desa. Kami percaya generasi unggul masa
depan negeri tercipta melalui pengetahuan dan peningkatan kualitas gizi
sejak dini. Dalam memerangi
stunting, dibutuhkan intervensi kolaboratif yang akan
mengoptimalkan anggaran, sumber daya, dan keahlian untuk menciptakan
ekosistem yang mendukung bagi orangtua dalam memenuhi kebutuhan gizi
anak-anaknya. SCG ASIK berupaya membekali para ibu dengan
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk meningkatkan
kualitas hidup mereka dan anak-anaknya melalui pemenuhan gizi yang
baik.”
Stunting masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia,
tidak hanya mempengaruhi kondisi fisik anak, tetapi juga perkembangan
kognitif dan kinerja jangka panjang karena perkembangan otak yang tidak
optimal. Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023
menemukan bahwa prevalensi stunting nasional sebesar 21,5% turun
sekitar 0,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia menargetkan prevalensi
stunting mencapai angka 14% di tahun 2023. Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, pun mengatakan bahwa
stunting adalah permasalahan kompleks yang dipengaruhi aspek kesehatan, pola asuh, dan lingkungan.
SCG ASIK dirancang untuk mengatasi masalah
stunting melalui pendekatan terhadap aspek-aspek tersebut. Dengan
dukungan dan kolaborasi bersama dinas-dinas terkait dan pemerintah
setempat. Melalui SCG ASIK, ibu hamil dan ibu balita diberikan edukasi
mengenai pentingnya konsumsi daging ikan untuk
memenuhi kebutuhan gizi anak. Tahun ini, pelaksanaan SCG ASIK kembali
disesuaikan dengan program pemerintah yang tengah berjalan. Program
difokuskan pada pemulihan anak atau balita dengan status Gizi Kurang
melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Lokal dengan
cara memberikan Makanan Tambahan 1 kali sehari selama 1 bulan penuh.
Menu makanan disesuaikan dengan kebutuhan gizi yang telah ditentukan
oleh puskesmas dan akan didistribusikan oleh kader setempat.
“Sebelumnya, saya tidak pernah memikirkan pentingnya nilai gizi yang
disantap oleh anak saya. Ternyata, diperlukan adanya pengetahuan dalam
memilih makanan bergizi untuk anak. Saya merasa terbantu dengan adanya
Program Makanan Tambahan setiap harinya yang telah
disesuaikan nilai gizinya oleh puskesmas sehingga saya bisa belajar
juga bagaimana memberikan dan menyajikan makanan yang tepat bagi anak
saya,” ujar
Siska, salah satu peserta SCG ASIK.
Kepala Puskesmas Nyalindung, Ibu Siti, menyampaikan, “Saya mengapresiasi SCG yang telah berupaya mencapai prevalensi
stunting. Tahun ini, sasaran dari pencegahan stunting adalah anak-anak yang terindikasi Gizi Kurang sehingga diharapkan anak-anak tersebut tidak naik ke tahap
stunting.”
Kepala Desa Tanjungsari, Ilah Habilah, menyampaikan,
“Program SCG ASIK di desa kami sangat bermanfaat, terutama dalam
memotivasi para ibu untuk lebih memahami pentingnya protein bagi tumbuh
kembang anak. Kami juga semakin
menyadari potensi besar sumber ikan di desa kami, sehingga harapannya
upaya pengurangan angka
stunting di desa kami akan lebih mudah dan cepat tercapai.”
Kontribusi sosial seperti SCG ASIK di Sukabumi merupakan perwujudan dari komitmen
ESG 4 Plus di
SCG, yakni landasan operasi perusahaan yang dipersonalisasi dari
kerangka kerja ESG (Environmental, Social, dan Governance) global. ESG 4
Plus terdiri dari empat komitmen utama; Mencapai Nol Bersih Emisi per
Tahun 2050
(Set Net Zero), Mewujudkan Industri Hijau
(Go Green), Menekan Kesenjangan Sosial (Reduce Inequality), dan Merangkul Kolaborasi
(Embrace Collaboration), dengan Keadilan dan Transparansi di setiap operasi
(Plus).
0 Komentar